Danau Beratan Bedugul

Danau Beratan adalah sebuah danau dangkal dengan kaldera tinggi sekitar 1.231 meter di atas permukaan laut, terletak di Bedugul, salah satu tujuan wisata terkenal di Bali. Danau ini memiliki luas 3,8 km2 dengan kedalaman hingga 22 meter. Volume air di danau ini sekitar 0.049 km3 sehingga Danau Beratan adalah sebuah danau tertutup. Danau Beratan dapat dicapai melalui dermaga yang telah disediakan atau berhenti di sekitar Pura Ulun Danu. Di tempat ini, pengunjung dapat melakukan berbagai kegiatan seperti rekreasi untuk melihat-lihat di dermaga atau kegiatan outdoor lainnya. Berbagai rekreasi air juga dapat dilakukan di sini, misalnya naik perahu bermotor untuk mengelilingi danau, parasailing, kano dengan perahu tradisional, banana boat, ski air, dan memancing.


Danau beratan terletak di dataran tinggi yang berhawa sejuk, cocok menjadi tempat melemaskan badan & pikiran sembari menikmati panorama danau yang indah. Tersedia banyak penginapan di tempat ini yang cocok untuk bermalam, beristirahat dan menikmati pemandangan cantik danau dan Pura Ulun Danu. Danau beratan terletak di dataran tinggi yang berhawa sejuk, yang cocok menjadi tempat melemaskan badan & pikiran sembari menikmati panorama danau yang indah. Tersedia banyak penginapan di tempat ini yang cocok untuk bermalam, beristirahat dan menikmati pemandangan cantik danau dan Pura Ulun Danu. Pertanian dalam lingkup kecil terdapat pula di sekitar danau ini. Jika kita mengelilingi danau ini, kita dapat mengambil foto dengan latar belakang pemandangan yang indah, atau membuat sketsa gambar wajah dalam sekejap di suatu studio mini lukisan di tepi danau sebagai cinderamata.

Tempat Lain di Bedugul

Jika wisatawan berkunjung ke Danau Beratan, mereka juga dapat mengunjungi tempat lain yang menarik di bedugul, misalnya Kebun Raya Bedugul dimana wisatawan dapat bersantai sembari menikmati berbagai jenis tanaman, rumah-rumah tradisional Bali dan lainnnya. Pasar Candi Kuning adalah pasar tradisional yang menjual sayur mayur dan buah-buahan, terletak di Desa Candi Kuning yang dapat ditempuh beberapa menit dari Pura Ulun Danu.

Danau Buyan dan Tamblingan adalah tempat berikutnya yang menarik, yang terletak dekat hanya 3 menit berkendara dari Danau Beratan. Danau Beratan juga dapat ditempuh selama 2 jam dengan mudah melalui jalan besar dari Denpasar ke Bedugul.

Kebun Raya Ekakarya bedugul

Kebun Raya Ekakarya terletak di sebelah barat obyek Wisata Bedugul. Kawasan ini merupakan sebuah komplek hutan suaka alam yang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah taman besar yang indah dan nyaman. Di kalangan masyarakat, Kebun Raya Ekakarya lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bedugul.

Kawasan ini terletak di wilayah desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Dari jalan raya Denpasar menuju Singaraja, kebun raya ini berada di kiri jalan dengan petunjuk besar dipajang di antara gapura masuk kawasan.

Tiket masuk untuk orang dewasa seharga Rp 7.500 ada di dua pintu masuk. Pintu kiri khusus pengguna mobil, sedangkan pintu kanan untuk pengguna sepeda motor. Perbedaan pintu masuk ini dilakukan karena mobil diperbolehkan masuk sedangkan motor tidak. Jadi jika membawa mobil, kamu lebih bisa menjangkau wilayah-wilayah terjauh di areal kebun raya ini.

Sebagai kebun raya, Kebun Raya Bedugul memiliki 16 ribu tanaman koleksi yang terdiri dari 1.500 jenis, 320 marga, dan 155 suku tumbuhan. Selain itu juga masih ada tumbuhan liar dan berbagai burung. Total luas Kebun Raya Bedugul 154,5 hektar dengan lansekap yang sangat bersahabat di ketinggian 1.250-1.400 di atas permukaan laut.

Hamparan rumputnya seperti menyelimuti permukaan tanah di antara rimbun pepohonan tinggi dan tanaman lainnya. Jangan ragu, seperti pengunjung lain yang duduk-duduk di rerumputan itu, kamu pun dapat duduk bahkan telentang tanpa perlu beralas tikar. Saat ini Kebun Raya Bedugul lebih banyak dikunjungi oleh keluarga-keluarga di akhir pekan. Sementara bapak dan ibu duduk ngobrol dihamparan rumput, anak-anak mereka bermain bola atau saling berkejaran.

Berkelilinglah menyusuri hutan. Kamu akan merasakan suasana yang sejuk dan menyegarkan. Lorong-lorong yang terbuat oleh barisan pohon-pohon akan membuatmu seolah berada di negeri khayalan.

Ada beberapa jalur yang bisa ditempuh. Oleh pengurus kebun raya, jalur tersebut dibagi menjadi lima yaitu Jalur Kuning, Jalur Ungu, Jalur Merah, Jalur Biru, dan Jalur Burung. Jalur Kuning merupakan jalur terusan dari jalur masuk di gerbang utama. Jalur ini melingkar dan nantinya akan berakhir kembali di pintu utama. Di jalur ini kamu akan menemui rimbun pohon cemara pandak yang tinggi menjulang. Pohon-pohon tersebut menjadi inang bagi tumbuhan lain seperti paku dan anggrek. Di jalur ini juga kamu akan melewati bunga bangkai, tanaman pandan, Pura Batu Meringgit, dan dua buah patung yaitu patung Rahwana Jatayu dan patung Kumbakarna Laga.

Jalur Ungu akan membawa kamu melewati berbagai koleksi tanaman anggrek liar di Indonesia dan koleksi kaktus. Ada ribuan jenis anggrek di sini. Sebagian anggrek itu berbunga sepanjang tahun dengan warna merah, jingga, ungu, dan oranye.

Pada Jalur Merah kita kamu bisa melihat bagaimana susunan rumah tradisional Bali yang unik. Rumah itu lengkap terdiri bangunan-bangunan kecil yang terpisah dalam satu kesatuan. Di jalur ini juga kamu bisa melihat tanaman tradisional yang digunakan masyarakat Bali sehari-hari seperti makanan, pakaian dan serat, obat, bumbu masak, bahan bangunan, mainan, hingga bahan upacara.

Menyusuri Jalur Merah kita akan mengelilingi taman tumbuhan paku. Di jalur ini terdapat berjenis tanaman paku seperti paku pohon, paku rane, paku sarang burung, paku belalai gajah, dan banyak lagi.

Jalur terakhir, Jalur Burung yang dirancang sedemikian rupa agar kamu bisa melihat burung-burung langsung di habitatnya.

Tanah LOT

Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu.

Pura Tanah Lot dibangun oleh seorang Brahmana dari Jawa Timur bernama Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali terhadap ajaran Hindu dan membangun pura ini pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya berpaling pada Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben mengusir Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot.

Sang Brahmana bijaksana tersebut menyanggupi. Namun sebelum meninggalkan Tanah Lot dengan kekuatan yoga semedinya beliau memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai dan membangun pura di sana. Beliau juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun tiga kali lebih kuat dari ular kobra. Akhir dari kisah ini menyebutkan bahwa Bendesa Beraben pun menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

Tidak semua orang boleh masuk ke dalam pura. Para pelancong hanya diperbolehkan melongok dari bawah pura. Hanya orang-orang tertentu yang hendak bersembahyang atau melakukan kegiatan keagamaan yang diperkenankan masuk ke dalam pura.

Pura ini terletak di desa Beraban, Tanah Lot berjarak sekitar 13 kilometer sebelah selatan Tabanan, atau 43 kilometer dari Kuta.

Pura Tirta Empul

Tirta Empul bermakna air suci yang menyembur dari dalam tanah. Memang, di pura ini terdapat banyak air yang menyembul dari mata air yang sangat besar. Pura ini terletak di Tampaksiring sebelah timur kawasan Istana Tampaksiring, sebuah istana milik negara tempat di mana presiden RI berisitirahat jika berkunjung ke Bali.

Prasasti Batu yang masih tersimpan di desa Manukkaya menyebutkan pura Tirta Empul dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di daerah Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi)..

Layaknya pura-pura lain di Bali, pura ini memiliki tiga bagian yang merupakan jaba pura (halaman muka), jaba tengah (halaman tengah), dan jeroan (bagian dalam). Pada Jaba Tengah terdapat dua buah kolam persegi empat panjang, dan kolam tersebut mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke arah selatan. Masing-masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri. Satu di antaranya adalah pancuran pengelukatan, pebersihan sudamala, dan pancuran cetik.

Pancuran cetik (racun) dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi, yaitu pertempuran Mayadenawa, raja Batu Anyar (Bedulu) dengan Dewa Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa raja Mayadenawa bersikap sewenang-wenang dan tidak mengizinkan rakyat untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan untuk memohon keselamatan pada Tuhan. Begitu perbuatan itu diketahui oleh para dewa, maka para dewa yang dipimpin oleh dewa Indra menyerang Mayadenawa.

Akhirnya Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri. Ketika pelariannya sampai di utara desa Tampaksiring. Dengan kesaktiannya, Mayadenawa menciptakan mata air cetik yang mengakibatkan banyak para laskar Dewa Indra gugur akibat meminum air tersebut. Melihat hal ini maka Dewa Indra segera menancapkan tombak ke tanah. Dari lubang bekas tancapan itu muncul air (tirta empul) yang berkhasiat memunahkan racun yang diciptakan oleh Mayadenawa.

Mitologi ini mungkin ada hubungannya dengan kedatangan raja Majapahit ke Bali. Ekspedisi Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang datang ke Bali pada tahun 1314 digambarkan sebagai Dewa Indra, sedangkan Sri Astasura Bhumi Banten yang memerintah dan berkedudukan di Bedulu digambarkan sebagai raja Mayadenawa. Menurut cerita rakyat setempat, mitologi Mayadenawa juga dihubungkan dengan hari raya Galungan, hari terbesar umat Hindu di Bali. Galungan adalah lambang perjuangan antara kebenaran melawan kejahatan.

Bertepatan dengan hari raya Galungan semua barong sakral dari desa-desa yang ada di wilayah kabupaten Gianyar dimandikan dengan air suci Tirta Empul. Barong adalah lambang dari kebaikan. Hingga sekarang, banyak pengunjung Pura Tirta Empul mengambil air salah satu pancuran di sana dengan keyakinan bahwa air tersebut dapat membuat mereka sehat dan awet muda.

Akses
Tampaksiring terletak 41 kilometer dari Kuta. Sekitar 1,5 jam perjalanan dengan mobil berkecepatan normal. Jalan menuju obyek wisata ini sangat bagus. Terlebih obyek ini berdekatan dengan istana negera. Kamu dapat menjangkau obyek ini dengan mudah.


Tiket
Rp 6 ribu per orang.

Pasar Seni
Di depan pura Tirta Empul terdapat pelataran parkir yang sangat luas. Di dekat pelataran tersebut terdapat pasar seni yang menjual beraneka barang kerajinan dan baju-baju bermotif dan bercorak Bali. Selalulah menawar jika kamu hendak membeli sesuatu. Mungkin kamu akan mendapat setengah dari harga barang yang ditawarkan pertama kali.

Goa Gajah

Pura goa Gajah terletak di Desa Bedulu, kecamatan Blahbatuh kabupaten daerah tingkat II Gianyar. Jaraknya dari Denpasar Kurang lebih 26 Km, sangat mudah dicapai. Disana ada kios-kios kesenian dan Rumah makan.

Pura ini di lingkupi oleh persawahan dengan keindahan ngarai sungai Petanu, berada pada jalur wisata Denpasar – Tampaksiring – Danau Batur – Kintamani. Disekitarnya terdapat tempat-tempat bersejarah seperti Yeh Pulu, Samuan Tiga, Gedung Arca, Arjuna Metapa, Kebo Edan, Pusering Jagat, Penataran Sasih dan lain-lain. Namun Goa Gajah belum diketahui asal usulnya secara pasti. Nama ini perpaduan nama Pura Guwa (sebutan masyarakat setempat) dengan nama kuna yang termuat dalam prasasti-prasasti yakni Ergajah dan Lwa Gajah. Nama-nama Anta Kunjarapada dan Ratna Kunjarapada itu dari akhir abad kesepuluh sampai akhir abad ke Empat belas ( Negara Kertagama ). Kekunaan ini didukung oleh Peninggalan Purbakala.

Di pelataran Pura Goa Gajah terdapat Petirtaan kuno 12 x 23 M2, terbagi atas tiga bilik. Dibilik utara terdapat tiga buah Arca Pancuran dan di bilik Selatan ada Arca Pancuran pula, sedangkan di bilik tengah hanya terdapat apik arca. Lebih kurang 13 meter di sebelah utara Petirtaan terdapat Goa atau Ceruk Pertapaan berbentuk huruf T. Lorong Goa berukuran : lebar 2,75 M, tinggi 2,00 M. Dikiri kanan lorong terdapat ceruk-ceruk untuk bersemedi, jumlahnya 15 buah. Pada ceruk paling Timur terdapat Trilingga dan diujung Barat terdapat Arca Ganeca.

Dihalaman Goa Pura Gajah diketemukan pula Fragmen bangunan yang belum bisa direkonstruksi. Tembok keliling menjadi penanggul tebing disebelah Barat pula ini. Lebih kurang 100M disebelah Selatan Petirtaan didapati sisa-sisa Percandian Tebing. Sebagian kaki candi itu masih ada bagian – bagian yang lain telah runtuh ke kaki yang ada didepannya. Sebuah Chatra berpayung 13 tergeletak ditepi kaki itu. Badan candi itu memakai hiasan yang sangat indah. Ada pula bagian Chatra bercabang tiga. Dua buah Arca Budha dengan sikap Dhynamudra diletakkan pada sebuah tahta berdekatan dengan ceruk yang hampir jebol. Berhadapan dengan percandian ini terdapat sebuah ceruk pertapaan pula. Didepan ceruk ini dibangun balai peristirahatan dan sebuah kolam.